Falah Kurnia Robbi, Cikole
Air mata Wina tak henti mengucur tatkala Ia ditemuai awak media di kediamannya kemarin. Aroma pilu begitu terasa saat dirinya menceritakan nasib malang yang menimpanya. Didampingi Ibundanya, Yati (45), Wina mengisahkan dirinya kaget bukan kepalang ketika mendadak Ia dilarang ikut UN di SMA Darul Abror Kota Bekasi. “Saya sempat mengikuti UN Bahasa Indonesia. Usai mengerjakan Soal UN hari pertama tiba-tiba diberikan surat Drop Out (DO),” tutur Wina sembari mengusap air mata di pipinya.
Dalam surat yang ditandatangani Kepala SMA Darul Abror Kota Bekasi, Mujahid Solahudin, disebutkan tiga pelanggaran yang dilakukan Wina sehingga harus dikeluarkan dari sekolah. Pertama, dituduh telah merusak rumah tangga kepala sekolah, menghina dengan perkataan kasar dan kurang wajar, serta mencemarkan nama baik kepala sekolah di jejaring sosial facebook. “Padahal tidak ada satu pun dari tiga tudingan itu yang saya lakukan,” aku Wina.
Selama ini, aku Wina, dirinya memang sering mendapat perhatian dari Mujahid. Namun sebagai seorang siswa, semua perhatian Mujahid dianggap Wina sebagai perhatian seorang guru kepada muridnya. Konon, Wina juga sempat dibelikan handphone oleh kepala sekolahnya, katanya dibelikan untuk kelancaran komunikasi dengan keluarga.
Lagi-lagi, Wina tidak menanggapi pemberian itu. Malah HP itu diberikan kepada kakaknya. Selain itu, Wina mengaku sering diajak makan oleh Mujahid. Tapi kata Wina selalu bersama beberapa teman kelasnya. “Saya tidak pernah makan berdua sama Pak Mujahid karena memang tidak ada hubungan spesial,” katanya.
Meski terus membantah ada hubungan asmara dengan kepala sekolah, namun kedekatannya selama ini yang sering terlihat oleh teman-temannya di Asrama YPI Darul Abror Kota Bekasi, membuat Wina dikucilkan di asramanya. Bahkan mencuat tudingan kalau Wina memelet Mujahid dan diisukan telah menikah. “Bahkan saya sempat dirukyah untuk memastikan kalau saya tidak pakai guna-guna dan memang terbukti tidak ada apa-apa, hanya alibi Pak Mujahid yang kemudian menyebar ke teman-teman,” imbuhnya.
Terkait kemunculan tudingan pencemaran nama baik di jejaring sosial Facebook, Wina menjelaskan memang dirinya sempat meng-update status di akunnya berbunyi ‘Memang saya hewan atau iblis’. Status seperti itu dibuat Wina sebagai ungkapan kejengkelan karena dikucilkan oleh teman-temannya di asrama, hingga berdiam diri di kamar.
Puncak prahara yang menimpa Wina ketika dirinya mengikuti UN. Baru hari pertama ujian tiba-tiba Mujahid menghampirinya dan menyerahkan surat DO. Siswa yatim ini kaget karena tiba-tiba diberikan surat DO dari kepala sekolah setelah melaksanakan UN Bahasa Indonesia. “Dalam surat DO tersebut saya dituduh telah merusak rumah tangga kepala sekolah, menghina dengan perkataan kasar dan kurang wajar dan mencemarkan nama baik kepala sekolah di jejaring sosial facebook, padahal saya tidak pernah melakukan hal tersebut,” kata Wina.
Ia merasa didholimi oleh pihak sekolah dengan tiga alasan tersebut, dirinya menulis status di FB mengaku tidak memuat kata-kata kotor yang menyudutkan ke salah seorang. “Kepala sekolah yang sering mengirim SMS dengan tulisan “Bapak Sayang Kamu, Kamu Sayang Tidak”. Saya mengabaikan aja SMS-nya,” ujar Wina.
Sebelum UN, Wina bersama kakak kandungnya sempat mengadu ke Dinas Pendidikan Kota Bekasi mengeluhkan atas tindakan yang dilakukan pihak sekolah hanya sepihak. Di mana Wina belum diberikan kartu ujian, sementara teman-temannya yang lain sudah menerima.
Ketika itu, pihak Dinas Pendidikan Kota Bekasi berjanji akan memediasi masalah ini agar semuanya beres. Namun malah peristiwa yang tidak disangka-sangka pihak sekolah mengeluarkan surat DO. “Di dalam surat itu, dibuat tanggal 22 Maret 2012, tapi malah diberikan surat itu saat hari pertama UN,” keluhnya
Sementara itu, Orangtua Wina, Yati menuturkan, dirinya merasa kecewa dan sedih dengan apa yang menimpa anaknya. Wina yang pergi ke Bekasi dengan jalur beasiswa karena orangnya pintar. Selama di SMPN 5 Kota Sukabumi, anak keempat dari lima bersaudara itu selalu berprestasi. Menurut Yati semua yang dilakukan pihak sekolah tidak adil dan ia hanya menuntut keadilan. Ia berharap Walikota Sukabumi bisa membantu anaknya agar bisa mengikuti UN susulan. “Saya berharap anak saya ikut UN dan lulus SMA, karena Wina pintar di sekolah bahkan selalu masuk tiga besar,” harapnya.(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar