Ahli astronomi lembaga penerbangan dan antariksa Amerika Serikat (NASA), Bill Cooke, menyebutkan, hujan meteor kali ini akan datang dari rasi Orion, dan dapat terlihat dari Amerika Utara, Eropa, Asia, termasuk Indonesia. "Pertunjukan yang menarik bagi pengamat dengan langit cerah," ujar Biil Cooke
Hujan meteor orionid terjadi ketika bumi memasuki jalur Komet Halley. Komet yang mengelilingi matahari setiap 76 tahun ini terakhir kali terlihat dari bumi pada 1986. Setiap melintas, komet meninggalkan jejak debu.
Atmosfer bertugas mengamankan bumi dari siraman debu komet. Karena itu, selama bumi berada di dalam debu, atmosfer membakar habis semua material sisa komet tersebut.
Yang terlihat dari bumi, proses pembakaran debu komet tampak seperti titik cahaya yang bergerak cepat. Karena itulah ada sebutan bintang jatuh. Arah datangnya meteor berasal dari rasi Orion sehingga fenomena ini disebut hujan meteor orionid.
Pengamatan hujan meteor tidak memerlukan alat bantu optik, seperti binokular atau teleskop. Untuk melihat jelas, pengamat cukup berbaring di lantai sambil menatap ke langit.
Selama hujan meteor, masyarakat dianjurkan ikut menghitung jumlah meteor yang terlihat setiap jam. Hasil penghitungan ini kemudian bisa dilaporkan kepada peneliti. NASA, misalnya, menyediakan halaman khusus bagi masyarakat yang ingin melaporkan hasil penghitungan ini.
Di Indonesia, hujan meteor berbarengan dengan terjadinya El Nino. Fenomena iklim ini membuat musim kemarau terjadi lebih panjang. Akibatnya, sebagian wilayah Indonesia berpotensi bebas mendung sepanjang Oktober.
http://www.wartanews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar