"Di beberapa tempat, pekerjaan ini menjadi lebih kontroversial, sementara di beberapa tempat lain proyek ini dianggap sebagai tes tentang kebebasan, keterbukaan, dan penghargaan terhadap hak di negara tersebut," tutur Tunick dalam jumpa pers sebelum pemotretan.
Di Israel, proyek foto 1.000 orang bugil di Laut Mati ini diprotes oleh para politisi Yahudi Ortodoks dan para rabbi, karena dianggap sebagai perilaku "Sodom dan Gomorrah". Mereka mengancam akan mengambil langkah hukum untuk menghentikan niat Tunick. Tokoh masyarakat setempat bahkan mengancam akan menelepon polisi untuk membubarkan para partisipan acara ini karena dianggap melecehkan masyarakat setempat.
Itu sebabnya, Tunick dan penyelenggara acara ini sengaja merahasiakan lokasi pemotretan itu sampai saat-saat terakhir. Tunick juga sengaja memilih hari Sabtu sebagai pemotretan, karena hari Sabtu adalah hari libur umat Yahudi.
"Itu alasan saya memutuskan mengerjakan proyek ini hari Sabtu (hari Sabbath Yahudi), sehingga tak seorang pun akan berada di dekat lokasi dan melihat orang bugil dari jarak setengah mil dan merasa dilecehkan," ujar Tunick.
Acara pemotretan selama dua jam itu akhirnya berlangsung tanpa gangguan apa pun. Para partisipan pun bebas mengapung di Laut Mati untuk dipotret Tunick. Entah disengaja atau tidak, acara ini digelar di kompleks Mineral Beach, yang terletak tak jauh dari lokasi kota Sodom dan Gomorrah menurut tradisi dan kepercayaan orang Yahudi.
Menurut para pakar lingkungan, Laut Mati terancam kering pada tahun 2050, kecuali ada gerakan besar-besaran untuk menyelamatkan lingkungan di sekitarnya. Permukaan laut tersebut turun sedalam satu meter setiap tahun dan di beberapa titik, garis pantainya telah menyusut hingga satu kilometer ke tengah laut.
Ari Frucht, aktivis yang memprakarsai kampanye Laut Mati sebagai salah satu dari tujuh keajaiban alam dunia, mengatakan proyek pemotretan Tunick ini diharapkan bisa memunculkan kesadaran masyarakat tentang kondisi lingkungan di Laut Mati dan mendorong pemerintah Israel berbuat sesuatu.