Pemerintah China menetapkan kebijakan vasektomi atau sterilisasi untuk kaum adam di China guna menekan jumlah penduduk. Vasektomi adalah kontrasepsi bedah untuk pria dengan cara memutus saluran spermanya.
Supaya mau disterilisasi, para pria dibayar dengan sejumlah uang dan diberi sertifikat sebagai tanda telah menjalani.
Dilansir dari laman Worldcrunch pada 22 Agustus 2011, banyak yang menyebut kebijakan ini sebagai sebuah lelucon. Penyebabnya, karena ternyata banyak pria yang tidak layak divasektomi malah ikut menjalani prosedur.
Liu Changjiang dari desa di distrik Shunho, provinsi Henan misalnya. Pria berusia 58 tahun ini tidak menikah, tidak punya keturunan, dan tinggal di panti wreda. Jelas-jelas ia tidak memenuhi syarat untuk divasektomi, karena proses tersebut normalnya ditempuh pria berusia di bawah 40 tahun, dan telah memiliki setidaknya dua anak.
Nyatanya Changjiang tetap dibawa ke rumah sakit untuk menjalani pemeriksaan dan kemudian, menjalani prosedur vasektomi. Awalnya pria ini ragu, namun pikirannya berubah saat perawat memberitahu bahwa ia akan dibayar jika mau menjalani vasektomi. Changjiang memperoleh 500 yuan atas kesediaannya.
Mengapa orang yang tidak memenuhi syarat seperti Changjiang mau divasektomi? Jawabannya, karena adanya tekanan dari para pembesar. Pemerintah setiap tahunnya menetapkan kuota vasektomi dan aborsi untuk setiap desa di China.
Di desa tempat Changjiang tinggal saja, ada kuota delapan vasektomi dan lima aborsi selama tiga tahun ini. Kuota yang ditentukan berdasar jumlah penduduk ini harus dipenuhi karena jika tidak, desa tersebut akan memperoleh hukuman.
"Jarang ada pria yang bersedia divasektomi," demikian kata seorang wanita yang diperiksa di Pusat Keluarga Berencana Yongcheng. "Semua bisa menyuap petugas untuk mendapat sertifikat palsu, karena vasektomi sangat menyakitkan. Seorang pria tak akan lagi mampu melakukan pekerjaan berat setelah divasektomi."
Sertifikat palsu sendiri harganya bisa mencapai ribuan yuan, namun ada potongan harga untuk warga yang memiliki teman di kalangan partai. Biar bagaimanapun, pemberian sertifikat tidak memecahkan masalah kuota karena angka tak akan berubah sebelum ada yang benar-benar menjalani vasektomi.
Dalam kasus ini, orang-orang seperti Changjiang diperlukan untuk menjadi 'pengganti'. Semuanya mudah karena dokter yang menjalankan operasi tidak akan memeriksa identitas para pasiennya.
Keponakan laki-laki Changjiang awalnya tidak percaya sang paman telah melakukan vasektomi. Namun setelah ditunjukkan sertifikat, ia tak mampu berkata apa-apa selain, "Memangnya bukan lelucon kalau pria berusia hampir 60 tahun yang tak pernah menikah melakukan vasektomi?"Sumber