Buat ngingetin agar mereka jgn terlalu berharap pada wakilnya, Karena sang wakil... KAGAK BISA DIHARAP!!!
Kalo ini gan, toilet DPR yg katanya biaya renovasinya sampe 2 M. Pantesan aja mahal gan, wong toilet emas coy!!he he... Dan yg kagak nahan, tissue toiletnya itu loh.. pake recehan dolar loh..Guileeeee... kira² kalo ee', yg keluar berlian kale yee?...wkwkwkwkwkkkkkkk
Sebelumnya, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) lagi-lagi jadi sorotan. Setelah renovasi ruang Badan Anggaran (Banggar) senilai Rp20 miliar, kini disorot proyek pembuatan kalender tahun 2012 bikin heboh. Anggaran yang dialokasikan untuk pengadaan kalender ini mencapai Rp1,3 miliar. Kalender itu dicetak untuk 560 anggota dewan.
Menurut Kordinator Investigasi dan Advokasi FITRA Uchok sky Khadafi, satu anggota dewan kebagian jatah 20 eksemplar kalender. "Kalau melihat dari bentuk kalender dengan foto-foto yang full colour dan jumlah halaman 13 lembar, perkiraan harga Rp15 ribu perlembar," kata Ucok dalam keterangannya, Selasa (17/1/2012).
Dengan taksiran harga pasaran seperti itu, maka hanya dibutuhkan Rp168 juta. Tetapi dengan alokasi Rp1,3 miliar, harga satuan kalender menjadi Rp116ribu. "Pembelian kalender ini betul-betul kemahalan. Harga kalender ini memperlihatkan kepada publik bahwa DPR sedang meledek publik dan menyakiti hati rakyat," kritik Ucok.
Bukan hanya kalender, DPR juga mengadakan proyek pembelian mesin foto copy yang nilainya Rp8,86 miliar. Pembukaan lelang mesin foto copy ini dilakukan bulan Oktober 2011. Bila harga satuan mesin foto copy terbaru Rp30 juta, maka dengan anggaran Rp8,8 miliar memperoleh 295 mesin.
"Pengadaannya biasanya sebulan setelah pembukaan lelang penentuan pemenang tender. Tapi kita tidak tahu rinciannya apakah benar anggaran itu habis untuk mesin foto copy karena Kesekjenan DPR tidak pernah transparan," kata peneliti Indonesia Budget Center (IBC) Roy Salam.
Pada akhir tahun lalu, DPR juga melakukan tender pekerjaan kontrak perbaikan komplek rumah jabatan anggota DPR RI kalibata senilai Rp36,6 miliar. Senasib dengan proyek lainnya, hingga kini Kesekjenan kata Roy tidak mempublikasikan rincian perbaikan hunian anggota dewan tersebut.
"Ketidaktransparanan ini sangat lekat dengan indikasi permainan proyek dan korupsi di Kesekjenan," kritik Roy.
Sebelumnya, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) lagi-lagi jadi sorotan. Setelah renovasi ruang Badan Anggaran (Banggar) senilai Rp20 miliar, kini disorot proyek pembuatan kalender tahun 2012 bikin heboh. Anggaran yang dialokasikan untuk pengadaan kalender ini mencapai Rp1,3 miliar. Kalender itu dicetak untuk 560 anggota dewan.
Menurut Kordinator Investigasi dan Advokasi FITRA Uchok sky Khadafi, satu anggota dewan kebagian jatah 20 eksemplar kalender. "Kalau melihat dari bentuk kalender dengan foto-foto yang full colour dan jumlah halaman 13 lembar, perkiraan harga Rp15 ribu perlembar," kata Ucok dalam keterangannya, Selasa (17/1/2012).
Dengan taksiran harga pasaran seperti itu, maka hanya dibutuhkan Rp168 juta. Tetapi dengan alokasi Rp1,3 miliar, harga satuan kalender menjadi Rp116ribu. "Pembelian kalender ini betul-betul kemahalan. Harga kalender ini memperlihatkan kepada publik bahwa DPR sedang meledek publik dan menyakiti hati rakyat," kritik Ucok.
Bukan hanya kalender, DPR juga mengadakan proyek pembelian mesin foto copy yang nilainya Rp8,86 miliar. Pembukaan lelang mesin foto copy ini dilakukan bulan Oktober 2011. Bila harga satuan mesin foto copy terbaru Rp30 juta, maka dengan anggaran Rp8,8 miliar memperoleh 295 mesin.
"Pengadaannya biasanya sebulan setelah pembukaan lelang penentuan pemenang tender. Tapi kita tidak tahu rinciannya apakah benar anggaran itu habis untuk mesin foto copy karena Kesekjenan DPR tidak pernah transparan," kata peneliti Indonesia Budget Center (IBC) Roy Salam.
Pada akhir tahun lalu, DPR juga melakukan tender pekerjaan kontrak perbaikan komplek rumah jabatan anggota DPR RI kalibata senilai Rp36,6 miliar. Senasib dengan proyek lainnya, hingga kini Kesekjenan kata Roy tidak mempublikasikan rincian perbaikan hunian anggota dewan tersebut.
"Ketidaktransparanan ini sangat lekat dengan indikasi permainan proyek dan korupsi di Kesekjenan," kritik Roy.